Pertama kali mendengar ajakan teman untuk makan di warung ini, saya cukup kaget dan penasaran. Penggunaan umpatan ala Jawa Timur sebagai nama ini untuk saya berhasil menimbulkan rasa penasaran dan sedikit perasaan ngga percaya. Tanpa sadar, saya pun langsung mengiyakan ajakan teman tersebut dan mengikutinya ke Warung Soto Djiancuk yang terletak di Sonopakis, tepatnya di samping kali Bayem.
Awalnya saya pikir nama “Djiancuk” ini sebatas istilah atau bukan nama asli, dan ternyata saya salah besar. Nama ini memang nama asli warung ini sejak berdiri di tahun 2000. Berhubung sudah kelaparan dan penasaran, saya pun segera memesan satu porsi soto tersebut. Konon katanya, soto disini selalu membuat orang berkata djiancuk, bukan sebagai ekspersi kekesalan namun sebagai ekspresi kelezatn setelah menyantap soto.
Tampaknya pelayanan di warung ini cukup cepat. Tanpa menunggu lama, semangkuk kecil soto dengan potongan telur rebus telah tersaji di depan saya. Tanpa ba-bi-bu, saya pun segera menyantap soto tersebut. Yup, ternyata berita kelezatan yang sudah tersebar di masyarakat itu benar alias bukan gosip. Soto yang secara penampilannya terlihat lebih coklat (gelap) jika dibandingkan beberapa olahan soto dari daerah lain ini benar-benar lezat.
Irisan dagingnya yang lembut, aroma merica yang kuat, tauge yang masih sangat segar, serta kuahnya yang coklat dan gurih ini memberi sensasi rasa yang kaya. Komplit lah pokoknya. Meski saya bukan orang Jawa Timur dan tidak dekat dengan istilah djiancuk namun saya paham mengapa banyak orang mengekspresikan dengan mengucap djiancuk setelah menyantap soto ini. Tambahan info, satu porsi mangkuk kecil Soto Djiancuk ini dapat disantap hanya dengan mengeluarkan uang sebesar Rp. 8.000 saja.
Buat toko online cuma 20 detik! Hanya Rp 99ribu/bulan. Coba sekarang GRATIS 15 hari. Kunjungi Jejualan Jasa Pembuatan Toko Online.
(Dito/DISKON.com)